Tampilkan Kerja, Simpan Keikhlasan

Dalam kehidupan sosial yang semakin terbuka, terdapat dua ranah yang kerap saling bersinggungan, yakni kerja publik yang memerlukan keterlihatan dan amal pribadi yang lebih tepat disimpan dalam kesunyian. Keduanya memiliki nilai penting, namun menjalankan fungsi moral yang berbeda. Di satu sisi, masyarakat menuntut transparansi, dokumentasi, dan akuntabilitas atas setiap kerja yang menyangkut kepentingan publik. Di sisi lain, ruang batin menuntut ketenangan, ketulusan, dan keheningan untuk menjaga kemurnian niat dalam berbuat baik. Pertemuan antara dua ranah ini tidak jarang menimbulkan dilema. Media sosial menghadirkan ruang baru yang membuat batas antara kerja dan pencitraan menjadi semakin tipis. Banyak orang merasa perlu memperlihatkan segala bentuk aktivitas agar dianggap bekerja, sementara sebagian lainnya memilih menyembunyikan amal dengan alasan moral.
 Kondisi ini memperlihatkan pentingnya kemampuan untuk memilah mana yang pantas ditampilkan dan mana yang sebaiknya tetap menjadi urusan pribadi. Untuk memahami pembedaan tersebut secara lebih jernih, permainan layang-layang dapat menjadi analogi yang relevan. Layang-layang terbang tinggi bukan hanya karena bentuknya yang sederhana, tetapi karena adanya keseimbangan antara tali yang terlihat dan angin yang tidak terlihat,dua elemen yang saling melengkapi untuk menghasilkan gerak yang indah dan terarah.
Tali yang mengikat: Nilai keterlihatan kerja
Layang-layang tidak dapat terbang tanpa tali yang mengikatnya. Tali itu tampak seperti penghalang, tetapi sesungguhnya berfungsi menjaga arah dan kestabilan. Demikian pula kerja public, baik dalam organisasi, lembaga pendidikan, komunitas, maupun institusi pemerintah memerlukan dokumentasi serta publikasi. Tujuannya bukan untuk menonjolkan diri, melainkan untuk memastikan adanya akuntabilitas. Publikasi kerja menjadi bentuk pertanggungjawaban kepada masyarakat. Melalui keterbukaan, publik dapat menilai manfaat, mengevaluasi pelaksanaan, sekaligus meneladani praktik baik. Transparansi menghasilkan kepercayaan, dan kepercayaan merupakan modal sosial penting bagi keberlanjutan suatu lembaga. Tanpa keterlihatan tersebut, kerja mudah kehilangan arah dan tidak terukur dampaknya. Dalam tata kelola yang modern, kerja yang berdampak pada masyarakat memang tidak dapat ditempatkan sepenuhnya dalam ruang tertutup. Ia membutuhkan penerangan.

Angin yang mendorong: Nilai amalan yang tidak memerlukan sorotan
Di sisi lain, layang-layang tidak dapat terangkat tanpa angin. Angin itu tidak terlihat, tetapi memberikan daya dorong yang menentukan. Dalam kehidupan sehari-hari, “angin” tersebut diibaratkan sebagai nilai-nilai batiniah, seperti kejujuran, ketulusan, doa, serta berbagai kebaikan kecil yang dilakukan tanpa mengharapkan pengakuan. Amalan yang bersifat pribadi tidak memerlukan publikasi. Nilainya justru terletak pada sifatnya yang tersembunyi. Dalam banyak ajaran spiritual, amal yang dirahasiakan dipandang lebih murni dan lebih mencerminkan integritas seseorang. Di tengah budaya pamer yang semakin kuat dalam era digital, upaya menjaga sebagian amal tetap berada di wilayah privat merupakan bentuk kedisiplinan moral.
Ketika angin terlalu kencang: Bahaya ketergantungan pada pujian
Kita juga memahami bahwa angin yang terlalu kencang dapat memutuskan tali dan membuat layang-layang kehilangan kendali. Hal ini mengingatkan kita pada bahaya terjebak dalam pujian, sorotan publik, dan dorongan untuk selalu terlihat baik. Jika setiap kebaikan harus difoto, jika setiap kontribusi memerlukan pengakuan, dan jika setiap kerja menuntut perhatian, maka keikhlasan dapat tergerus perlahan. Fenomena tersebut semakin mudah dijumpai saat ini: kegiatan sosial yang dilakukan untuk konten semata, amal yang berubah menjadi tontonan, serta kerja yang bergerak menjauh dari niat dasarnya. Ketika wilayah batin tergeser oleh tuntutan publikasi, nilai etis yang seharusnya dijaga menjadi kabur.
Menjaga Keseimbangan
Oleh karena itu, keseimbangan menjadi penting. Kerja publik yang memiliki dampak luas perlu dipublikasikan agar dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan profesional. Sebaliknya, amalan pribadi yang tidak terkait dengan kepentingan publik sebaiknya tetap berada dalam wilayah privat agar nilai keikhlasannya tetap terjaga. Dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, kita memerlukan keduanya: profesionalitas yang terlihat dan ketulusan yang tidak ditonjolkan. Tali yang tampak menjaga arah, sedangkan angin yang tidak tampak memberi daya. Keduanya memungkinkan layang-layang melayang tinggi dengan tetap terkendali.
Permainan sederhana ini mengingatkan kita bahwa hidup memerlukan penempatan yang proporsional antara apa yang perlu disampaikan kepada publik dan apa yang sebaiknya hanya diketahui oleh hati dan pencupta. Kerja yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat memerlukan keterbukaan, sedangkan amal pribadi menemukan maknanya dalam kesunyian. Dengan menata kedua aspek tersebut secara seimbang, kita tidak hanya menjaga kualitas kerja, tetapi juga merawat kemurnian niat. Seperti layang-layang yang melayang anggun di langit, hidup kita pun dapat terbang lebih tinggi tanpa kehilangan kendali.

Galeri Kegiatan

MILAD ADZKIA 31

30 Maret 2019

Haflatul Quran

02 Februari 2019

Manasik Haji Gabungan

08 September 2018

Qurban 1439 H

24 Agustus 2018